Sabtu, 24 Oktober 2009

Gaji Seorang Ibu Rumah Tangga

Gaji Seorang Ibu Rumah Tangga
oleh Halimah Jumat, 27/03/2009 15:45 WIB
Menjemput anak di sekolah merupakan hal emergency, karena biasanya anakku selalu di jemput oleh salah seorang tetanggaku. Menunggu jam pulang sekolah, saya dan ibu-ibu berkumpul di teras masjid. Udara terasa tak bersahabat, kulit terasa kering di panggang matahari siang. Ketika aku bersandar di salah satu tiang teras masjid, terasa sepoi angin membelai tubuh, rasa ngantukpun rasanya tak bisa dielakkan. Kelopak mata terasa berat, jika ada suara teriakan dari salah seorang murid dari ruang kelas, maka serentak kami terbangun.
Masjid itu letaknya di depan sekolah. Sekolah dan masjid merupakan satu kesatuan usaha, yang dikelola oleh suatu yayasan yang berbasis Islam di Sengata. Lapangan parkirnya tidak begitu luas, tapi cukup representative jika ada pertemuan wali murid.
“Jangan minder jadi seorang ibu rumah tangga.” Aku mulai membuka pembicaraan.
Menunggu memang sebuah pekerjaan yang melelahkan. Menjemput anak di sekolah diperlukan management yang tepat, Bagi ibu-ibu yang berkarier di rumahnya, dipastikan setiap subuhnya sudah berlenggak lengok mengejar jam tayang urusan antar jemput anaknya sekolah.
“Aku nggak minder lho… Cuma waktu kerja dulu aku sempat mikir juga. Rasanya gajiku habis untuk bayarin pembantu!” Seorang ibu menimpali ucapanku.
“Saya sering bantuin suamiku jika dapat proyek dari kantornya. Kadang bantuin mengetik, atau seperti ini…” Dia memperlihatkan kertas karton yang sedang di guntingnya. Ibu ini bercerita sambil asyik dengan kegiatannya. Dengan tangkas dia menggunting dengan teliti logo-logo untuk persiapan MTQ yang akan di gunakan sebagai tanda peserta.
Aku tersenyum simpul dan bergumam sendiri :” Ibu ini ternyata mampu memanfaatkan waktunya. Menunggu anak sekaligus mengerjakan tugas suami.”
“Mana karton yang lainnya? Daripada ngantuk, lebih baik bantuin.” Ada yang berbaik hati, menawarkan bantuannya.
Ibu-ibu yang berkumpul ternyata cukup kreatif. Ada mempunyai anak 3 orang, 6 orang dan 2 orang. Berkumpul pada pagi Jum’at ini, membuat hati tersirami. Ada tempat saling curhat tentang kegiatan yang tak habisnya bila hanya di rumah.
“Bayarin pembantu sekarang mahal. Dulu aku bayarin pembantu Rp.500.000,- ditambah ongkos taksinya”.
“Jika ambil tukang setrika, mintanya Rp.350.000,- per bulan.” Yang lain mulai buka mulut.
“Tukang cucipun, nggak mau dibayar kurang dari Rp. 300.000,-.” Mulai ramai ibu-ibu itu menimpali pancinganku.
Terlihat suasana mulai hangat. Dari suasana ngantuk menjadi forum pertemuan informal membahas mahalnya bayaran kepada seorang pembantu rumah tangga.
Kotaku merupakan kota tambang. Merupakan hal yang biasa bagi kami untuk membayar gaji seorang pembantu di atas lima ratus ribu rupiah per bulannya. Kadang ada yang dibayar satu juta rupiah, tergantung jenis pekerjaan dan kesepakatan antara pembantu dan majikan. Mungkin bagi di daerah lain, itu merupakan gaji seorang administrasi di sebuah kantor.
“Kalau dihitung-hitung, berapa gaji kita sebagai ibu rumah tangga?” Seorang ibu berbicara dengan nada bersemangat. Membuat ibu-ibu lainnya tersenyum dan bahkan tertawa. Meriah sekali! Aku suka suasana ini. Bertemu untuk saling diskusi. Untuk berbagi unek-unek yang tersimpan. Apalagi yang diajak diskusi satu profesi. Hem! Pasti mereka saling memahami dan mensupport apapun yang disampaikan.
Ibu-ibu pada sibuk menghitung dan akhirnya tertawa serempak. Tak ada hasil hitungan yang pasti. Mereka hanya menjawab dengan gelak tawa. Memposisikan diri sebagai pembantu. Menilai gaji yang akan mereka terima setiap bulannya.
“Bagaimana bila kita minta gaji ke suami masing-masing.” Ada ibu yang mulai memancing suasana.

Tak ada yang menjawab, karena anak-anak mereka telah bubar dari kelas masing-masing. Mereka menghampiri ibunya masing-masing dan merengek untuk cepat pulang. Kami hanya bisa saling tukar senyum, sebagai pengganti penutup acara informal kami.
Ketika pulang, aku masih memikirkan perbincangan pagi itu. Jika di kalkulasi memang seorang ibu rumah tangga akan mendapatkan pendapatan yang lumayan. Jika rumahtangganya adalah kariernya untuk mendapatkan “materi” maka si ibu akan mendapatkan pendapatan yang lumayan.
Mungkin ibu-ibu itu hanya mengeluarkan unek-uneknya untuk bisa dihargai oleh suaminya ataupun lingkungannya. Bahwa pekerjaan seorang ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak boleh di anggap remeh oleh siapapun.
Sebagai ibu rumah tangga yang muslimah, tentunya hitungan mendapatkan gaji sebagai ibu rumah tangga hanyalah sebuah “joke” untuk menyegarkan pikiran yang kadang buntu. Seringkali diharuskan pandai-pandai mengelola keuangan. Berapa pun yang diberikan oleh suami harus mampu mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga selama sebulan.
Allah S.W.T telah menyediakan “gaji” bagi seorang ibu rumah tangga, Bila ia menjalankan pekerjaan rumah tangganya dengan ikhlas, maka sama saja dia menjalankan amal sholeh yang tidak putus-putusnya. Tentu saja bagiannya adalah “syurga”.
Sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Aisyah : “ Beliau di tanya oleh seorang sahabat, amalan apa yang disukai oleh Allah? Maka di jawab oleh Aisyah bahwa amalan yang dikerjakan walaupun sedikit tapi dilakukan secara terus menerus”.
“Bila seorang wanita menjalankan sholat, puasa di bulan Ramadhan dan menyenangkan hati suaminya ( dalam kerangka syariat ) maka dia akan memasuki syurga dari pintu manapun yang dia sukai”. Begitulah salah satu hadits dari Rasulullah.
Semoga saya dan beserta ibu-ibu rumah tangga lainnya, diberikan oleh Allah S.W.T berupa kelapangan dada dan keikhlasan dalam menjalankan pekerjaan rumah tangga. Allahumma Amin.
http://www.eramuslim.com/oase-iman/gaji-seorang-ibu-rumah-tangga.htm

Jumat, 08 Mei 2009

MAKALAH "GEJALA KONTAMINASI DALAM BAHASA INDONESIA"

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gejala kontaminasi banyak sekali kita jumpai dalam bahasa Indonesia dewasa ini. Sepintas lalu susunan itu tampak seperti susunan yang betul, tetapi bila diteliti secara lebih seksama, akan ternyata bahwa bentukan atau susunan itu salah ( DR. J.S. Badudu, 1981 ). Seperti, bentuk kata menundukkan kepala dengan membungkukkan badan karena terjadi kekacauan maka terbentuklah menundukkan badan atau membungkukkan kepala. Peristiwa semacam mi sering terjadi, walaupun memang tidak mengganggu makna yang sebenarnya, namun hanya tidak sesuai dengan diksi yang diperlukan dalam konteks tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian kontaminasi?

2. Apa saja jenis-jenis gejala kontaminasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian kontaminasi

2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis gejala kontaminasi

D. Manfaat penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Menambah wawasan tentang pengertian kontaminasi

2. Menambah wawasan tentang jenis-jenis gejala kontaminasi dalam bahasa Indonesia

3. Menjadi bahan acuan dalam belajar berbahasa Indonesia yang baik dan benar

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Kontaminasi

Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan 'kerancuan'. Rancu artinya 'kacau' dan kerancuan artinya 'kekacauan'. Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat, seperti morfem dan kata. Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang salah bentuk. Kata yang salah disusun menimbulkan frase yang kacau atau kalimat yang kacau. Kontaminasi terjadi karena salah nalar, penggabungan dua hal yang berbeda sehingga menjadi suatu hal yang tumpang tindih ( Ragam Bahasa Indonesia, sma1kudus.sch.id ).

Gejala kontaminasi timbul karena dua kemungkinan, yaitu:

a) Orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam menyusun kalimat, frase atau dalam mempergunakan beberap imbuhan sekaligus untuk membentuk kata.

b) Kontaminasi terjadi tak dengan sengaja karena ketika seseorang akan menuliskan atau mngucapkan sesuatu, dua pengertian atau dua bentukan yang sejajar timbul sekaligus dalam pikirannya sehingga yang dilahirkannya itu sebagian diambilnya dari yang pertama, tetapi bagian yang lain diambilnya dari yang kedua. Gabungan ini melahirkan susunan yang kacau ( DR. J.S. Badudu, 1981 ).

  1. Jenis-jenis Gejala Kontaminasi

a. Kontaminasi Bentukan Kata

Contoh:

ü (meng + ke samping + kan) → mengesampingkan ( benar )

(men + samping + kan) → menyampingkan ( benar )

Mengenyampingkan (kontaminasi)

me- + ke samping + kan menjadi mengesampingkan karena hanya fonem /k/ pada awal kata ke samping yang luluh menjadi bunyi sengau /ng/; /s/ pada samping tak perlu diluluhkan.

ü dipertinggi (benar)

ditinggikan (benar)

dipertinggikan (kontaminasi)

Dengan kata dasar kata sifat hanya kata dasar banyak yang mempunyai bentuk diperbanyak dan diperbanyakkan.

ü diajarkan (benar)

dipelajari (benar)

dipelajarkan (kontaminasi)

b. Kontaminasi Kata

Contoh:

ü Kadang-kadang (benar)

Ada kala(nya) (benar)

Kadang kala (kontaminasi)

ü Berulang-ulang (benar)

Berkali-kali (benar)

Berulang kali (kontaminasi)

ü Sering (benar)

Banyak kali (benar)

Kerap kali (benar)

Acap kali (benar)

Sering kali (kontaminasi)

ü Jangan biarkan (benar)

Tidak boleh (benar)

Jangan boleh (kontaminasi)

ü Belum dapat/ belum boleh (benar)

Tidak usah/ tak usah (benar)

Belum usah (kontaminasi)

ü Membungkukkan badan (benar)

Menundukkan kepala (benar)

Menundukkan badan (kontaminasi)

c. Kontaminasi Kalimat

Pada umumnya kalimat yang rancu dapat kita kembalikan kepada dua kalimat asal yang betul strukturnya.

Contohnya secara rumus:

Susunan pertama A-B, susunan kedua C-D. Lalu kalimat atau ungkapan yang dilahirkan ialah gabungan bagian-bagian kedua susunan itu misalnya A-D atau C-B; oleh karena itu, susunan kontaminasi A-D atau C-B selalu dapat dikembalikan kepada bentuk asal yang tepat yaitu A-B atau C-D ( DR. J.S. Badudu, 1981 ).

.Contoh:

ü Untuk mengheningkan cipta kita diharapkan menundukkan kepala. (benar)

Dalam senam itu kita membungkukkan badan. (benar)

Untuk mengheningkan cipta kita diharapkan membungkukkan kepala. (kontaminasi)

ü Murid-murid dilarang merokok. (benar)

Murid-murid tidak boleh merokok. (benar)

Murid-murid dilarang tidak boleh merokok. (kontaminasi)

ü Guru memanggil Usman. (benar)

Kemarin Usman membolos. (benar)

Guru memanggil usman karena membolos. (kontaminasi)

(Gunawan Wibisono Adidarmojo, 1992)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontaminasi ialah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa Indonesia diistilahkan dengan kerancuan. Yang dirancukan ialah susunan, perserangkaian, penggabungan. Dua yang masing-masing berdiri sendiri disatukan dalam satu perserangkaian baru yang tidak berpasangan atau berpadanan.

Gejala kontaminasi dapat kita beda-bedakan menjadi 3 yaitu kontaminasi kalimat, kontaminasi susunan kata, dan kontaminasi bentukan kata.

B. Saran

Pemakai bahasa hendaknya menguasai penggunaan bahasa yang tepat dalam menyusun kalimat atau frase.


DAFTAR PUSTAKA

Adidarmodjo, Gunawan Wibisono. 1992. Kiat Bahasa. Semarang: Media Wiyata.

Badudu, J.S. 1981. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

http://www.sma1kudus.sch.id, Selasa 03 April 2007

Rabu, 06 Mei 2009

KIAT SUKSES DALAM PERGAULAN

Rumusnya 3+1

3 kata kunci, yaitu:

TOLONG

Orang yang kita mintai bantuan akan merasa dihormati dan dihargai

TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dengan tulus akan membuat orang merasa senang

MAAF

meminta maaf terlebih dahulu apabila kita salah, berarti kita berlapang dada

1 pelengkap

SENYUMAN

PACARAN HALAL

Sebagai Proses Penjajakan, Percayalah kepada cowok (tidak mengandung ayat dari kitab agama manapun)

Jangan salah persepsi. Tulisan ini sama sekali tidak membenarkan judul di atas. Hanya sebagai umpan untuk menarik perhatian pembaca.

Berdasarkan dari betapa mudahnya wanita diperdaya oleh lelaki/cowok. Bahkan dengan sangat angkuhnya wanita sering berpendapat bahwa dirinya tidak akan mudah termakan rayuan gombal lelaki. Itu benar, karena dimasa sekarang ini tidak ada lelaki yang bibirnya bisa mengucapkan rayuan gombal, seperti film-film Indonesia toempoe doeloe. Tetapi dengan pendidikan dan teknologi yang berkembang, metode kami berubah (red:cowok).

Kami bisa memanfaatkan semua SDM dan SDA yang ada disekitar kami untuk menunjang tegaknya diagnose ‘SERIUS’ di hadapan target (wanita). Apakah property ‘nebeng’? oh tidak! Bahkan hanya dengan kesederhanaan, malah jadi pamungkas yang cukup jitu untuk meluluhkan hati wanita incaran kami. Karena dengan kesederhanaan dan property seadanya, akan mendatangkan kesan ketulusan dan bersahaja. Yang kemudian menimbulkan cinta sepenuh hati, berakibat kepasrahan. Ini fokusnya, kepasrahan yang artinya diriku sepenuhnya kuserahkan kepadamu, termasuk my virgin (klo masih).

Wahai wanita, tidak semua diantara kami kaum lelaki mengincar hartamu, yang merupakan incaran kami sebenarnya adalah SEX, sejauh mana dirimu memberikan rasa penasaran kepada kami, selama itu pula kami sanggup bersandiwaara dengan sekuat tenaga kami. Mengapa kami sebut sandiwara? Karena kami menyimpulkan bahwa yang telah beristri saja masih banyak yang selingkuh (meski tidak semuanya).

Pernikahan yang kejelasan statusnya dilindungi oleh hukum agama dan UU Negara, masih sering kami injak-injak. Apalagi status pacaran? Yang sama sekali tidak dikuatkan oleh peraturan mana pun. Artinya, seorang cowok bisa saja berpacaran dengan seribu cewek dalam waktu bersamaan atau sebaliknya. Maka jadilah pemuda pemudi bangsa ini sebagai pakar zina, dari yang kecil sampai yang besar

Tapi masalah jadi bangsa apa bukan urusan kami, selagi kami masih bisa menikmati kenikmatan dunia lewat tubuh wanita secara free, maka paradigma “Pacaran sebagai proses penjajakan” akan selalu kami sebarkan dengan cara apapun.

Sex dengan pacar sendiri sangat berbeda rasanya dengan sex dengan pelacur mana pun dengan harga pakai berapa pun. Sebab wanita yang selalu jadi target kami tentunya bersih, sehat, bebas penyakit menular sex (PMS), terawatt, dan terdidik.

Soal kaya atau miskin si target itu bisa disesuaikan. Maksudnya apabila kami telah sukses memperdaya hati target, maka keadaan keuangan akan sangat mudah dikendalikan berdasarkan skenario ‘rasa pengertian’ yang kami ciptakan di hati target. Pulsa yang kami keluarkan untuk menjalin kedekatan tidak sebanding dengan kenikmatan yang menanti kami.

Target berjilbab? Bisa sukses bisa juga tidak.

Usaha kami dalam berburu ‘kenikmatan’ terhadap target berjilbab memerlukan beberapa trik tambahan. Tetap bersikap sederhana, apa adanya, bersahaja, pengakuan terhadap kekurangan diri, bersikap humoris, dan sedikit bumbu religi yang didapat dari ceramah ustadz-ustadz di televise bisa jadi referensi tambahan.

Usaha kami sukses terhadap target yang berjilbab yang juga masih berpakaian ketat, sehingga jilbab kadang-kadang hanya menutupi rambutnya dan tidak menutupi ukuran ‘hardware’ indahnya. Kulit target yang halus mulus karena sering tertutup dari polusi udara dan matahari memberikan sensasi yang tidak sama dengan target tidak berjilbab pada umumnya.

Luar biasa!!!

Usaha kami gagal apabila target berjilbab tapi juga berpakaian yang lebar, sehingga tidak tampak keindahannya lewat mata secara fisik, tapi kami sangat yakin dibalik pakaian yang lebar itu tersimpan lebih banyak keindahan. Kami kurang tahu penyebab kegagalan usaha kami terhadap target tersebut, bisa jadi keteguhan target dalam memegang keyakinan bahwa keindahan yang mereka miliki merupakan ‘harta berharga’ yang hanya akan disuguhkan kepada suami mereka nantinya.

Kenyataan yang menggembirakan adalah target ‘kokoh’ semacam ini berjumlah sangat sedikit jika dibandingkan denagn total target ‘empuk’ yang banyak tersedia di sekitar kami.

Pada umumnya target menginginkan ‘keseriusan’. Ketidaktahuan mereka terhadap makna kata serius ini yang sering kami manfaatkan sebagai peluluh hati mereka. Trik yang kami gunakan bermacam-macam, mulai dari kirim sms yang bertuliskan ‘Aku serius lho sama kamu’, telepon di atas jam 23.00 (tarif murah) untuk bicara panjang lebar dengan topic yang dipilih secara random. Ini trik yang paling sederhana dan cukup jitu untuk target yang masih lugu atau pura-pura lugu soal keseriusan hubungan. Maksudnya walau target sudah mengerti tentang trik yang kami jalankan dalam meraih target, tapi seiring dengan waktu dan semangat kami yang tidak terputus asa dalam menjalankan scenario, cepat atau lambat target yang dulunya pura-pura lugu akan luluh akhirnya melihat semangat tulus palsu kami.

Jika tujuan kami yaitu tubuh indah target belum didapatkan, maka bukti keseriusan palsu kami dapat dikuatkan dengan memboyong mereka ke orang tua kami atau sebaliknya, kami bersedia diboyong ke orang tua target. Sampai di sini saja keberanian kami untuk bermain dengan kata serius, untungnya karena 99% target telah takluk pada level trik ini.

Kenyataan yang juga menggembirakan kami adalah apabila ternyata orang tua kami atau orang tua target juga memiliki paradigm “Pacaran adalah proses penjajakan” atau “pacaran adalah proses yang harus dilalui oleh remaja normal”.

Luar biasa!!!

Target yang telah beranggapan bahwa ‘inilah jodohku’, dengan paradigma ini kami telah mendapatkan kepercayaan penuh dari segala pihak untuk memperlakukan target semau kami. Termasuk menikmati kenyamanan sensasi seks penuh gratisan yang kami tunggu-tunggu selama perjuangan. Tidak perlu buru-buru karena kami sangat dan sangat memperhatikan situasi, kondisi, dan domisili.

Soal dikemudian hari kami bosan dengan target yang sudah habis manisnya karena kami hisap atau muncul target baru yang lebih segar, maka skenario pelepasan diri dapat dijalankan dengan berbagai alasan. Sangat mudah melakukannya mengingat semua manusia memiliki kekurangan, kekurangan inilah yang harus diangkat ke permukaan dan menjadi pokok bahasan yang berlanjut dengan putusnya hubungan. Alasan ketidakcocokan bisa menjadi penangkal pertanyaan orang tua masing-masing pihak.

Putus. Juga merupakan jalan baru bagi kami untuk memulai scenario pengejaran target baru. Tampang berduka, bahkan tampang tegar pasca putus pun bisa menjadi pesona di hadapan target baru ini. Tentunya kami tidak meninggalkan trik-trik peluluhan hati yang kami terapkan terhadap target-target sebelumnya seperti sederhana, tampil apa adanya, bersahaja, sedikit ditambah bumbu humoris karena target pada umumnya ingin dekat dengan orang yang selalu bisa membuatnya tersenyum dalam setiap keadaan. Target selalu ingin merasakan aman, nyaman, disayang, diperhatikan (beberapa). Maka sedaya upaya kami akan ciptakan suasana tersebut hanya di dekat kami, maka target merasa aman, nyaman, tenang, tersenyum dan damai merupakan paradigm yang harus kami ciptakan di dalam kepala target.

Untuk kesekian kalinya kami selalu sukses dalam pencapaian tujuan kami, menjadikan kami sangat berpengalaman dan cerdas dalam program ini, dengan atau tanpa hambatan sama sekali. Sungguh indah dunia ini, dipenuhi dengan target-target berpendidikan tapi bodoh yang menunggu giliran untuk kami habisi.

“Ahh, saya kan gak pernah serius kalo pacaran, ngapain takut!”

Jika target berpikiran seperti kata-kata di atas, maka pemikiran seperti ini juga merupakan peluang besar bagi kami untuk memulai scenario peluluhan hati. Yang kami utamakan lebih dahulu adalah mengadakan ikatan super tidak jelas bernama Pacaran, soal cinta atau tidak, itu Cuma masalah waktu. Trik-trik yang kami lancarkan akan mengubah keadaan hati target seiring waktu yang dilalui bersama-sama dan komitmen semu tentang pacaran yang kami atau orang lain ciptakan.

“Ahh, tidak semua cowok seperti itu, cowokku ga gitu dang a mungkin begitu!”

Kata-kata sejenis ini merupakan tolak ukur keberhasilan scenario BHSP ( Bina Hubungan Saling Percaya) yang nantinya menjadi peluang besar untuk mendapatkan tubuh target di kemudian hari. Karena salah satu yang kami ingin bentuk adalah pendapat target bahwa kami adalah cowok yang berbeda dengan cowok pada umumnya.

Jika Anda wanita berpenampilan menarik atau tidak, bertubuh indah baik tertutup atau tidak, mencari keseriusan hubungan, mencari cinta dari sesama manusia tanpa pemahaman yang jelas…

Maka Anda target kami berikutnya!!!

Wahai wanita, ketahuilah bahwa seorang laki-lakiyang benar-benar serius terhadapmu akan dating kepada orang tuamu dengan berkata “Pak saya ingin menikahi putri Bapak, sekarang saya punya penghasilan Rp……/bulan, dst” sedangkan laki-laki yang benar-benar serius ingin menghabismu akan datang langsung kepadamu dengan berkata “Maukah kamu jadi pacarmu?”

Puncak kehinaan wanita ketika dia menerima tembakan seorang lelaki untuk jadi kekasihnya.

Puncak kemuliaan wanita ketika orang tua/walinya mempertimbangkan lamaran seorang lelaki untuk jadi istrinya.

Hancurkan harga diri dengan pacaran muliakan diri dengan….

Tidak ada solusi termuat dalam tulisan ini, meskipun solusinya tertulis tetapi tidak akan menghentikan kegiatan kami, hanya bisa berhenti jika semua target mengamplikasikan solusi yang sebenarnya sudah mereka tahu.

Pacaran sebagai proses penjajakan, penjajakan = peng ‘injak-injakan’ atau pen’jaja’an.

Jika Anda belum pacaran, Nantinya kehadiran kami di sisi Anda!

Jika Anda telah putusan, Nantinya juga kehadiran kami di sisi Anda!

Jika Anda masih pacaran, maka tunggu tanggal ‘main’ kami bersama Anda!

Wallahua’lam bisshawab

Cyber City Net 30.10.2006 at 02.22 am

Ditulis oleh: Irgunawan. Spk

Irgunawan.spk@gmail.com

Dikutip dari:

Judul buku: Ya Allah aku tak ingin sendiri!

Hlm: 204-213

Penerbit: samudera, solo

Oktober 2007

Penulis: Burhan Sodiq