Sabtu, 24 Oktober 2009

Gaji Seorang Ibu Rumah Tangga

Gaji Seorang Ibu Rumah Tangga
oleh Halimah Jumat, 27/03/2009 15:45 WIB
Menjemput anak di sekolah merupakan hal emergency, karena biasanya anakku selalu di jemput oleh salah seorang tetanggaku. Menunggu jam pulang sekolah, saya dan ibu-ibu berkumpul di teras masjid. Udara terasa tak bersahabat, kulit terasa kering di panggang matahari siang. Ketika aku bersandar di salah satu tiang teras masjid, terasa sepoi angin membelai tubuh, rasa ngantukpun rasanya tak bisa dielakkan. Kelopak mata terasa berat, jika ada suara teriakan dari salah seorang murid dari ruang kelas, maka serentak kami terbangun.
Masjid itu letaknya di depan sekolah. Sekolah dan masjid merupakan satu kesatuan usaha, yang dikelola oleh suatu yayasan yang berbasis Islam di Sengata. Lapangan parkirnya tidak begitu luas, tapi cukup representative jika ada pertemuan wali murid.
“Jangan minder jadi seorang ibu rumah tangga.” Aku mulai membuka pembicaraan.
Menunggu memang sebuah pekerjaan yang melelahkan. Menjemput anak di sekolah diperlukan management yang tepat, Bagi ibu-ibu yang berkarier di rumahnya, dipastikan setiap subuhnya sudah berlenggak lengok mengejar jam tayang urusan antar jemput anaknya sekolah.
“Aku nggak minder lho… Cuma waktu kerja dulu aku sempat mikir juga. Rasanya gajiku habis untuk bayarin pembantu!” Seorang ibu menimpali ucapanku.
“Saya sering bantuin suamiku jika dapat proyek dari kantornya. Kadang bantuin mengetik, atau seperti ini…” Dia memperlihatkan kertas karton yang sedang di guntingnya. Ibu ini bercerita sambil asyik dengan kegiatannya. Dengan tangkas dia menggunting dengan teliti logo-logo untuk persiapan MTQ yang akan di gunakan sebagai tanda peserta.
Aku tersenyum simpul dan bergumam sendiri :” Ibu ini ternyata mampu memanfaatkan waktunya. Menunggu anak sekaligus mengerjakan tugas suami.”
“Mana karton yang lainnya? Daripada ngantuk, lebih baik bantuin.” Ada yang berbaik hati, menawarkan bantuannya.
Ibu-ibu yang berkumpul ternyata cukup kreatif. Ada mempunyai anak 3 orang, 6 orang dan 2 orang. Berkumpul pada pagi Jum’at ini, membuat hati tersirami. Ada tempat saling curhat tentang kegiatan yang tak habisnya bila hanya di rumah.
“Bayarin pembantu sekarang mahal. Dulu aku bayarin pembantu Rp.500.000,- ditambah ongkos taksinya”.
“Jika ambil tukang setrika, mintanya Rp.350.000,- per bulan.” Yang lain mulai buka mulut.
“Tukang cucipun, nggak mau dibayar kurang dari Rp. 300.000,-.” Mulai ramai ibu-ibu itu menimpali pancinganku.
Terlihat suasana mulai hangat. Dari suasana ngantuk menjadi forum pertemuan informal membahas mahalnya bayaran kepada seorang pembantu rumah tangga.
Kotaku merupakan kota tambang. Merupakan hal yang biasa bagi kami untuk membayar gaji seorang pembantu di atas lima ratus ribu rupiah per bulannya. Kadang ada yang dibayar satu juta rupiah, tergantung jenis pekerjaan dan kesepakatan antara pembantu dan majikan. Mungkin bagi di daerah lain, itu merupakan gaji seorang administrasi di sebuah kantor.
“Kalau dihitung-hitung, berapa gaji kita sebagai ibu rumah tangga?” Seorang ibu berbicara dengan nada bersemangat. Membuat ibu-ibu lainnya tersenyum dan bahkan tertawa. Meriah sekali! Aku suka suasana ini. Bertemu untuk saling diskusi. Untuk berbagi unek-unek yang tersimpan. Apalagi yang diajak diskusi satu profesi. Hem! Pasti mereka saling memahami dan mensupport apapun yang disampaikan.
Ibu-ibu pada sibuk menghitung dan akhirnya tertawa serempak. Tak ada hasil hitungan yang pasti. Mereka hanya menjawab dengan gelak tawa. Memposisikan diri sebagai pembantu. Menilai gaji yang akan mereka terima setiap bulannya.
“Bagaimana bila kita minta gaji ke suami masing-masing.” Ada ibu yang mulai memancing suasana.

Tak ada yang menjawab, karena anak-anak mereka telah bubar dari kelas masing-masing. Mereka menghampiri ibunya masing-masing dan merengek untuk cepat pulang. Kami hanya bisa saling tukar senyum, sebagai pengganti penutup acara informal kami.
Ketika pulang, aku masih memikirkan perbincangan pagi itu. Jika di kalkulasi memang seorang ibu rumah tangga akan mendapatkan pendapatan yang lumayan. Jika rumahtangganya adalah kariernya untuk mendapatkan “materi” maka si ibu akan mendapatkan pendapatan yang lumayan.
Mungkin ibu-ibu itu hanya mengeluarkan unek-uneknya untuk bisa dihargai oleh suaminya ataupun lingkungannya. Bahwa pekerjaan seorang ibu rumah tangga adalah pekerjaan yang tidak boleh di anggap remeh oleh siapapun.
Sebagai ibu rumah tangga yang muslimah, tentunya hitungan mendapatkan gaji sebagai ibu rumah tangga hanyalah sebuah “joke” untuk menyegarkan pikiran yang kadang buntu. Seringkali diharuskan pandai-pandai mengelola keuangan. Berapa pun yang diberikan oleh suami harus mampu mencukupi untuk kebutuhan rumah tangga selama sebulan.
Allah S.W.T telah menyediakan “gaji” bagi seorang ibu rumah tangga, Bila ia menjalankan pekerjaan rumah tangganya dengan ikhlas, maka sama saja dia menjalankan amal sholeh yang tidak putus-putusnya. Tentu saja bagiannya adalah “syurga”.
Sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Aisyah : “ Beliau di tanya oleh seorang sahabat, amalan apa yang disukai oleh Allah? Maka di jawab oleh Aisyah bahwa amalan yang dikerjakan walaupun sedikit tapi dilakukan secara terus menerus”.
“Bila seorang wanita menjalankan sholat, puasa di bulan Ramadhan dan menyenangkan hati suaminya ( dalam kerangka syariat ) maka dia akan memasuki syurga dari pintu manapun yang dia sukai”. Begitulah salah satu hadits dari Rasulullah.
Semoga saya dan beserta ibu-ibu rumah tangga lainnya, diberikan oleh Allah S.W.T berupa kelapangan dada dan keikhlasan dalam menjalankan pekerjaan rumah tangga. Allahumma Amin.
http://www.eramuslim.com/oase-iman/gaji-seorang-ibu-rumah-tangga.htm

Jumat, 08 Mei 2009

MAKALAH "GEJALA KONTAMINASI DALAM BAHASA INDONESIA"

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Gejala kontaminasi banyak sekali kita jumpai dalam bahasa Indonesia dewasa ini. Sepintas lalu susunan itu tampak seperti susunan yang betul, tetapi bila diteliti secara lebih seksama, akan ternyata bahwa bentukan atau susunan itu salah ( DR. J.S. Badudu, 1981 ). Seperti, bentuk kata menundukkan kepala dengan membungkukkan badan karena terjadi kekacauan maka terbentuklah menundukkan badan atau membungkukkan kepala. Peristiwa semacam mi sering terjadi, walaupun memang tidak mengganggu makna yang sebenarnya, namun hanya tidak sesuai dengan diksi yang diperlukan dalam konteks tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian kontaminasi?

2. Apa saja jenis-jenis gejala kontaminasi?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian kontaminasi

2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis gejala kontaminasi

D. Manfaat penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain:

1. Menambah wawasan tentang pengertian kontaminasi

2. Menambah wawasan tentang jenis-jenis gejala kontaminasi dalam bahasa Indonesia

3. Menjadi bahan acuan dalam belajar berbahasa Indonesia yang baik dan benar

BAB II

PEMBAHASAN

  1. Pengertian Kontaminasi

Istilah kontaminasi dipungut dari bahasa inggris contamination (pencemaran). Dalam ilmu bahasa, kata itu diterjemahkan dengan 'kerancuan'. Rancu artinya 'kacau' dan kerancuan artinya 'kekacauan'. Yang dimaksud kacau ialah susunan unsur bahasa yang tidak tepat, seperti morfem dan kata. Morfem-morfem yang salah disusun menimbulkan kata yang salah bentuk. Kata yang salah disusun menimbulkan frase yang kacau atau kalimat yang kacau. Kontaminasi terjadi karena salah nalar, penggabungan dua hal yang berbeda sehingga menjadi suatu hal yang tumpang tindih ( Ragam Bahasa Indonesia, sma1kudus.sch.id ).

Gejala kontaminasi timbul karena dua kemungkinan, yaitu:

a) Orang kurang menguasai penggunaan bahasa yang tepat, baik dalam menyusun kalimat, frase atau dalam mempergunakan beberap imbuhan sekaligus untuk membentuk kata.

b) Kontaminasi terjadi tak dengan sengaja karena ketika seseorang akan menuliskan atau mngucapkan sesuatu, dua pengertian atau dua bentukan yang sejajar timbul sekaligus dalam pikirannya sehingga yang dilahirkannya itu sebagian diambilnya dari yang pertama, tetapi bagian yang lain diambilnya dari yang kedua. Gabungan ini melahirkan susunan yang kacau ( DR. J.S. Badudu, 1981 ).

  1. Jenis-jenis Gejala Kontaminasi

a. Kontaminasi Bentukan Kata

Contoh:

ü (meng + ke samping + kan) → mengesampingkan ( benar )

(men + samping + kan) → menyampingkan ( benar )

Mengenyampingkan (kontaminasi)

me- + ke samping + kan menjadi mengesampingkan karena hanya fonem /k/ pada awal kata ke samping yang luluh menjadi bunyi sengau /ng/; /s/ pada samping tak perlu diluluhkan.

ü dipertinggi (benar)

ditinggikan (benar)

dipertinggikan (kontaminasi)

Dengan kata dasar kata sifat hanya kata dasar banyak yang mempunyai bentuk diperbanyak dan diperbanyakkan.

ü diajarkan (benar)

dipelajari (benar)

dipelajarkan (kontaminasi)

b. Kontaminasi Kata

Contoh:

ü Kadang-kadang (benar)

Ada kala(nya) (benar)

Kadang kala (kontaminasi)

ü Berulang-ulang (benar)

Berkali-kali (benar)

Berulang kali (kontaminasi)

ü Sering (benar)

Banyak kali (benar)

Kerap kali (benar)

Acap kali (benar)

Sering kali (kontaminasi)

ü Jangan biarkan (benar)

Tidak boleh (benar)

Jangan boleh (kontaminasi)

ü Belum dapat/ belum boleh (benar)

Tidak usah/ tak usah (benar)

Belum usah (kontaminasi)

ü Membungkukkan badan (benar)

Menundukkan kepala (benar)

Menundukkan badan (kontaminasi)

c. Kontaminasi Kalimat

Pada umumnya kalimat yang rancu dapat kita kembalikan kepada dua kalimat asal yang betul strukturnya.

Contohnya secara rumus:

Susunan pertama A-B, susunan kedua C-D. Lalu kalimat atau ungkapan yang dilahirkan ialah gabungan bagian-bagian kedua susunan itu misalnya A-D atau C-B; oleh karena itu, susunan kontaminasi A-D atau C-B selalu dapat dikembalikan kepada bentuk asal yang tepat yaitu A-B atau C-D ( DR. J.S. Badudu, 1981 ).

.Contoh:

ü Untuk mengheningkan cipta kita diharapkan menundukkan kepala. (benar)

Dalam senam itu kita membungkukkan badan. (benar)

Untuk mengheningkan cipta kita diharapkan membungkukkan kepala. (kontaminasi)

ü Murid-murid dilarang merokok. (benar)

Murid-murid tidak boleh merokok. (benar)

Murid-murid dilarang tidak boleh merokok. (kontaminasi)

ü Guru memanggil Usman. (benar)

Kemarin Usman membolos. (benar)

Guru memanggil usman karena membolos. (kontaminasi)

(Gunawan Wibisono Adidarmojo, 1992)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kontaminasi ialah suatu gejala bahasa yang dalam bahasa Indonesia diistilahkan dengan kerancuan. Yang dirancukan ialah susunan, perserangkaian, penggabungan. Dua yang masing-masing berdiri sendiri disatukan dalam satu perserangkaian baru yang tidak berpasangan atau berpadanan.

Gejala kontaminasi dapat kita beda-bedakan menjadi 3 yaitu kontaminasi kalimat, kontaminasi susunan kata, dan kontaminasi bentukan kata.

B. Saran

Pemakai bahasa hendaknya menguasai penggunaan bahasa yang tepat dalam menyusun kalimat atau frase.


DAFTAR PUSTAKA

Adidarmodjo, Gunawan Wibisono. 1992. Kiat Bahasa. Semarang: Media Wiyata.

Badudu, J.S. 1981. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

http://www.sma1kudus.sch.id, Selasa 03 April 2007

Rabu, 06 Mei 2009

KIAT SUKSES DALAM PERGAULAN

Rumusnya 3+1

3 kata kunci, yaitu:

TOLONG

Orang yang kita mintai bantuan akan merasa dihormati dan dihargai

TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dengan tulus akan membuat orang merasa senang

MAAF

meminta maaf terlebih dahulu apabila kita salah, berarti kita berlapang dada

1 pelengkap

SENYUMAN